Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ustadz Hasan Basri : Keutamaan Amar makruf nahi ‘anil mungkar

Oleh : Ustadz Hasan Basri
Amar makruf nahi ‘anil mungkar memiliki banyak sekali keutamaan.  Allah swt telah menyebut frase “amar makruf nahi ‘anil mungkar” terlebih dahulu sebelum iman, untuk menunjukkan keutamaannya.  Allah swt berfirman;
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.[TQS Ali Imron (3):110]
Allah swt juga menyebut “amar makruf nahi ‘anil mungkar” lebih dahulu daripada mengerjakan sholat dan menunaikan zakat.  Allah swt berfirman;
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.[TQS At Taubah (9):71]
Diantara keutamaan amar makruf yang ditunjukkan oleh nash-nash syariat adalah sebagai berikut;
1.    Amar makruf nahi ‘anil mungkar merupakan salah satu profesi (amal) pada Nabi dan Rasul.  Allah swt berfirman;
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.[TQS An Nahl (16):36]
Allah swt juga menjadikan amar makruf nahi ‘anil mungkar sebagai salah satu sifat Nabi saw, dan tanda yang menunjukkan kekhususan beliau saw.  Allah swt berfirman;
“(yaitu) orang-orang yang mengikuti rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung”.[TQS Al A’raf (7):157]

Dan jika dilihat dalam sirah dan perilaku beliau saw, maka semua itu membuktikan bahwa beliau saw berperilaku seperti yang telah disifatkan Al-Quran kepada beliau, yakni melakukan amar makruf nahi ‘anil mungkar.
2.    Amar makruf merupakan salah satu sifat dari kaum Mukmin dan kekhususan mereka. Allah swt berfirman;
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang Mukmin itu”.[TQS At Taubah (9):112].  Dengan demikian, amar makruf nahi ‘anil mungkar merupakan pembeda antara antara kaum Mukmin dan Munafiq.
3.    Amar makruf merupakan indikator kebaikan umat Islam, serta sebagai tanda keutamaan dan kekhususan umat Islam.  Allah swt berfirman;
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.[TQS Ali Imron (3):110]
Imam Ibnu Abiy Syaibah, Imam Thabaraniy, dan Imam Ahmad menuturkan sebuah riwayat dari Dzarrah binti Abi Lahab, bahwasanya ia berkata, “Ada seorang laki-laki berdiri di hadapan Nabi saw yang saat itu sedang berada di atas mimbar.  Laki-laki bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling baik?  Nabi saw menjawab, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak membaca al-Quran diantara kalian, paling bertaqwa kepada Allah, dan orang yang paling banyak melakukan amar makruf nahi ‘anil mungkar, dan yang paling banyak menyambung silaturrahiim”.
4.    Amar makruf nahi ‘anil mungkar merupakan syarat datangnya pertolongan dan kekuasaan di muka bumi.  Allah swt berfirman;
“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala urusan”.[TQS Al Hajj (22):40-41]
5.    Amar makruf nahi ‘anil mungkar merupakan amal yang akan mendapatkan balasan pahala yang sangat besar. Allah swt berfirman;
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar”.[TQS An Nisaa’ (4):114]
6.    Amar makruf nahi ‘anil mungkar merupakan salah satu sebab ditutupnya (diampuninya) dosa-dosa.   Hal semacam ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw yang dituturkan oleh Imam Bukhari dan Muslim; bahwasanya Nabi saw bersabda, “Fitnah seorang laki-laki terhadap keluarganya, hartanya, dirinya, anaknya, dan tetangganya dapat ditutup dengan puasa, sholat, sedekah, dan amar makruf nahi ‘anil mungkar”.[HR. Imam Bukhari dan Muslim]
7.    Amar makruf nahi ‘anil mungkar merupakan jaminan bagi keamanan dan keselamatan umat, dan sebab keselamatan dari adzab umum (adzab yang diratakan).   Pasalnya, jika masyarakat tidak melakukan amar makruf nahi ‘anil mungkar niscaya mereka akan diadzab oleh Allah secara merata, tanpa membedakan orang yang baik dan orang yang buruk.   Orang sholeh yang diperintahkan melakukan amar makruf nahi ‘anil mungkar tidak boleh meninggalkan atau lalu dari kewajiban ini.  Jika mereka tidak melakukan amar makruf nahi ‘anil mungkar, sama saja mereka telah berdiam diri terhadap kemaksiyatan.  Dalam kondisi semacam ini mereka berhak diadzab.  Allah swt berfirman;
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”.[TQS Al Anfaal (8):25]
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari ‘Adiy bin ‘Umairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab masyarakat umum karena perbuatan seseorang; sampai mereka menyaksikan kemungkaran di depan mata mereka dan mereka sebenarnya mampu mengingkarinya namun tidak mengingkarinya.  Jika mereka melakukan hal itu, maka Allah akan mengadzab masyarakat umum dan seseorang yang berbuat maksiyat itu “.[HR. Imam Ahmad]

Posting Komentar

0 Komentar