Alhamdulillah. Segala puji hanya milik Alloh Swt., Dzat yang menggenggam segala kejadian di alam semesta. Semoga Alloh Yang Maha Mengetahui segala isi hati, menjadikan kita pribadi-pribadi yang senantiasa terbimbing oleh taufik dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda nabi Muhammad Saw.
Alloh Swt. berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imron [3] : 134)
Dalam ayat-Nya yang lain Alloh Swt. berfirman, “..Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Alloh mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nuur [24] : 22)
Saudaraku, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dengan hubungan dengan orang lain. Sedangkan orang lain itu tentu tidak sama karakter, tabiat, sifatnya dengan kita. Oleh karena itu, tidak heran jika kita kadang merasa tidak sesuai, tidak suka, atau bahkan tersinggung dengan salah satu atau sebagian kebiasaan mereka itu. Bahkan karena perbedaan-perbedaan tersebut, tidak jarang juga kita dibuat marah.
Begitulah kehidupan sosial kita. Ini adalah kenyataan hidup bagi kita sebagai makhluk sosial. Segala perbedaan-perbedaan itu sesungguhnya adalah salah satu bukti kebesaran Alloh Swt. Setiap makhluk, setiap manusia diciptakan secara spesial oleh Alloh Swt., tidak ada yang sama persis bahkan kakak-adik yang kembar identik sekalipun.
Kita diajarkan untuk bisa mengendalikan amarah. Dan, kita juga diajarkan untuk berlapang dada atas kesalahan orang lain terhadap kita kemudian memaafkannya. Ayat kedua tadi, yaitu surat An Nuur ayat 22 memiliki latar belakang ketersinggungan Abu Bakar Ash Shiddiq r.a atas berita bohong yang menimpa puterinya yang juga istri Rosululloh Saw., Siti Aisyah r.a. Abu Bakar bersumpah tidak akan memberi apa-apa kepada kerabatnya yang menyebarkan berita bohong itu. Namun, Alloh Swt. menurunkan wahyu kepada Rosululloh Saw. agar Abu Bakar memaafkan mereka. Maasyaa Alloh.
Saudaraku, yang terpenting dari perbuatan buruk orang lain terhadap kita adalah agar menjadi bahan tafakur kita. Sikap terbaik yang penting untuk kita lakukan ketika menghadapi hal tersebut adalah segera memeriksa diri sendiri barangkali kita pernah berbuat buruk kepada orang lain. Sikap yang baik selanjutnya adalah memaafkannya sembari berikhtiar agar keburukan tersebut tidak terulang.
Kita sudah seringkali diingatkan bahwa setiap perbuatan akan kembali kepada pelakunya, dan yang berbahaya bukanlah sikap buruk orang lain terhadap kita, tetapi sikap buruk kita kepada orang lain. Rosululloh Saw. adalah sebaik-baiknya pemaaf. Dan, sifat pemaaf sama sekali tidak menunjukkan kelemahan dan kehinaan seseorang, melainkan sebaliknya menunjukkan kekuatan dan kemuliaan akhlak seseorang .
Alloh Swt. berfirman, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf..” (QS. Al A’rof [7] : 199).
0 Komentar