Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui. [QS Al Isra’ : 1]
Isra’ Mi’raj terjadi pada saat kesedihan Rasulullah mencapai puncaknya dalam perjalanan dakwah dan perjuangan Islam karena berbagai peristiwa yang menimpanya (‘amul huzni), yakni ditinggal wafatnya orang-orang tercinta yang selama ini bersama Rasul dalam suka dan duka perjuangan mendakwahkan Islam.
Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah mu’jizat dari Allah yang memiliki tujuan umum untuk membangun argumentasi (alasan) Rasul yang pada dirinya tampak adanya mu’jizat adalah benar dengan apa yang dia klaim dan apa saja yang diserukan. Adapun tujuan khususnya adalah pengaruh yang ditinggalkan oleh mu’jizat itu yakni al Qur’an dan Isra’ Mi’raj.
Pasca Isra’ Mi’raj Rasulullah semakin berkobar menyerukan dakwah Islam kepada kaum kafir Quraisy. Secara politis, Isra’ Mi’raj telah mendorong terjadinya peralihan kepemimpinan Bani Israel (Yahudi Nasrani) menjadi kepemimpinan Islam dengan berdirinya negara Islam di madinah dibawah kepemimpinan Rasulullah Muhammad SAW.
Tampilnya Rasulullah menjadi imam sholat bagi para nabi menandai Islam yang dibawa Rasulullah sebagai penyempurna kepemimpinan agama-agama terdahulu.
Sesungguhnya Isra’ ke baitul Maqdis, shalat bersama nabi-nabi, dan dari sana beliau mi’raj memberi arti bahwa baitul maqdis menjadi bagian dari daerah kekuasaan negara Islam. Sebab tuan rumahlah yang berhak menjadi imam sholat.
Hal ini memberikan pesan politis bahwa sesungguhnya masa depan milik Rasulullah dan umatnya, sehingga batas negara Islam hingga baitul maqdis, begitu juga warisan-warisan agama terdahulu ada di pundak Rasulullah.
Sepulang isra’ mi’raj Rasulullah menawarkan Islam dengan penuh optimisme dan semangat kepada suku-suku dan delegasi yang berhaji hingga Rasulullah berhijrah dan tegaklah negara Islam di madinah setahun kemudian.
Namun faktanya hari ini wilayah negara Palestina dimana masjid Al Aqsho milik kaum muslimin yang notabene kiblat pertama kaum muslimin kini berada dibawah penjajahan bangsa Israel laknatullah. Jika merujuk kepada pesan Isra’ Mi’raj, maka Palestina merupakan wilayah yang diberkahi Allah dan harus kembali sepenuhnya kepada kaum muslimin.
Mewujudkan Palestina merdeka dengan jihad melenyapkan penjajahan Zionis Israel yang didukung Amerika bukan hanya soal kemanusiaan, lebih dari itu adalah soal keimanan, perjuangan dan persatuan kaum muslim sedunia. Aksi protes umat Islam seluruh dunia bela Palestina menyusul pernyataan sepihak Donald Trump bahwa Yerusalem sebagai ibu kota Israel adalah awal dari kesadaran akan pentingnya kebangkitan dan persatuan umat Islam.
Politik Palestina adalah cara pandang Islam terhadap penjajahan zionis yang harus menjadi kesadaran kaum muslimin seluruh dunia. Jika para khalifah terdahulu telah membebaskan Palestina dengan jihad, maka begitu pula hari ini. Sikap politik Palestina adalah jihad melawan penjajahan zionis Israel.
Kebrutalan dan kebiadaban Israel menembaki para pengunjuk rasa Palestina hingga menewaskan puluhan dan mengakibatkan ratusan terluka adalah tindakan yang tidak mungkin dimaafkan. Kebiadaban Israel akan terus ada hingga kiamat, maka tak ada cara lain kecuali bersatunya umat Islam sedunia untuk melakukan jihad fi sabilillah.
Aspek Teologis dan historis begitu kuat saat membahas tentang negeri Palestina. Bukanlah suatu kebetulan jika dari tanah Palestina inilah Nabi dan Rasul Allah dilahirkan. Palestina adalah negeri para Nabi [QS Al Anbiyaa : 71-71].
Sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Al Qur’an bahwa seluruh Nabi adalah muslim yang mendakwahkan tauhid kepada umat manusia. Membela dan menjaga Palestina adalah harga mati bagi seorang muslim sampai kapanpun. Sebab Al Quds adalah milik kaum muslim sedunia.
Keistimewaan Yerusalem lainnya adalah bahwa ia merupakan kota tertua di dunia. Pemukiman pertama di sana diduga berasal dari masa empat ribu tahun sebelum masehi. Para Nabi seperti Ibrahim, Ishaq, Daud, Sulaiman dan Nabi Isa pernah mendiami kota tersebut untuk menyebarkan tauhid kepada manusia.
Namun apa dikata, sejak melemahnya khilafah Turki Ustmani pada akhir abad ke 19 dan terpecahkan dunia Arab atas prakarsa negara Barat, maka pergerakan Zionis yang digagas oleh Theodore Herzl semakin kuat dan berkembang pesat. Pasca kongres Zionis sedunia di Basel Swiss, maka praktis kekuasaan kaum muslimin atas Palestina runtuh pada tahun 1917.
Akhirnya dengan peringatan Isra’ Mi’raj semoga menyadarkan kaum muslimin sedunia untuk menyatukan visi persatuan dibawah institusi daulah Islam yang akan mampu menjadi benteng tangguh bagi perlindungan kaum muslim dan perlawanan bagi para penjajah kafir musuh-musuh Islam. Tanpa institusi daulah Islam, maka kaum muslimin tidak akan memiliki kekuatan riil sebagaimana dalam sejarah kekhilafahan.
Tanpa khilafah, paling jauh, umat Islam hanya bisa mengecam, mengirim bantuan dan berdoa. Sebab yang membebaskan Palestina masa lalu adalah khilafah, bukan bantuan kemanusiaan.
Khalifah Umar bersama para tentara muslim memasuki kota Al Quds dengan aman sentosa. Kemenangan tersebut direfleksikan dengan qiyam dan doa kesyukuran kepada Allah SWT. Beliau melakukan sholat yang kelak tempat sholat Umar dikenal dengan nama Masjid Umar. Dengan derai air mata haru, Sophronius begitu yakin akan kebaikan Yerusalem dibawah keagungan kepemimpinan Khalifah Umar Bin Khathab.
Kemenangan Khalifah Umar bin Khathab atas Yerusalem menandai runtuhnya kekuasaan Byzantium [Yunani-Romawi]. Kekuasaan Islam saat itu meliputi seluruh wilayah Palestina, Yordania, pesisir Levantina dan Suriah. Saat itulah Palestina hidup dibawah kekhilafahan Islam dengan memberikan jaminan dan perlindungan atas hak-hak seluruh warga negara mesti non Islam.
0 Komentar